Desember 2012,
“hays!”, itu yang selalu terdengar dari hati kiriku, tak
hanya itu . Banyak umpatan-umpatan yang lebih buruk lagi yang kadang ku tak
menyadarinya. Entahlah, memang benar aku bukan gadis yang bersih ataupun suci
hatinya. Tapi aku tak sedikit belajar menjadi istri yang sholihah dengan
membaca banyak tulisan-tulisan non fiksi dari GUS MUS, ataupun nasehat-nasehat
AA GYM yang dikemas dalam kalimat indah untuk seorang istri sholihah. Apa ku
tak pantas mempelajarinya? Hingga sekian hampir satu tahun suamiku masih belum
membuka hati untuk ku ?. astaghfirullah.
.
Siapa yang ku tuntut? TIDAK , aku tak menyalahkan sang maha
pengatur. Hingga mungkin aku akan tetap mencoba memahami keadaan.
Ahh. . pukul 03:00 ! memang
waktu itu terus berjalan, kadang tanpa di sadari. Ku lihat dia masih menikmati
rahmatNYA , mungkin karna dia capek 8 jam harus full hadir di pesantren KH.UMAR . beliau adalah kyainya
semasa belajar di bangku kuliyah dan sampai sekarang dia diberatkan untuk boyongan . dan kemidian diberi mandate kyai Umar untuk tetap mengajar
di pesantren. Aku tak mengerti semua orang menganggap aku adalah orang paling
beruntung. Bahkan teman seperjuanganku yang kebanyakan murid-muridnya sekarang pun
tak jauh beda berargumen. Ya, dulu aku adalah santri KH.UMAR yang kurang lebih 3 tahun nyantri ,
dan posisi waktu itu dia masih menjabat kepengurusan . dan jelas aku tak mengenalnya, siapa yang tau
sekarang aku adalah istri yang sah untuknya
! yah, itulah RahasiaNYA .
“kenapa kau tak membangunkan aku ?” , lirihnya beranjak ke
kamar mandi. Hauuuft. . helaku sambil melipat mukena putih yang setahun lalu
menjadi mahar untukku, diapun terbangun. “ maaf a’, tadi fatima lihat a’
tidurnya enak, seharian aktivitas . Fatima pikir mungkin aa’ kecapean. Jadi
Fatima tak tega bangunin a’ ”, balasku mencoba senyum meluluhkan hatinya. “ ya setidaknya kau tau kebiasaanku, !” . “
iya a’ maaf yah, insyaAlloh besok-besok
fatima bangunun deh !” , jawabku pelan sambil
membenarkan kancing kokonya. Dia tak mengeluarkan sepatah kata dan beranjak
menarik sajdah merah maroon yang tadinya bergelar di bawah mukenaku. Aku hanya
tersenyum melihat sikapnya yang terkadang membuat aku menganggap dia seperti
anak kecil yang sebenernya dia mungkin ingin perhatian lebih, membangunkan pagi untuk sholat subuh,
menanakkan air hangat untuknya mandi pagi, mengambilkan nasi untuk sarapan
bahkan perlu menyuapinya selagi dia tak berkehendak untuk menaruh sejenak Koran
yang dia baca. Yaa. . . kurang lebih seperti itulah yang aku pelajari
selama ini dalam mengikuti berbagai majelis untuk mengkaji menjadi istri yang
sholihah. Hah ! memang butuh waktu yang
tak singkat untuk bias mengambil hati seutuhnya seorang suami. Atau bahkan
mungkin menunggu sang baby hadir,
yang Alhamdulillah sekarang berusia 9 bulan.
Aku melihatnya sesekali sambil memasak nasi dan teh manis untuknya , dia terlihat begitu
menyatu dengan sang penentu hatinya, dia berdoa dengan begitu lamanya . mungkin
karna dia benar-benar menikmatinya. Sesekali fikiran kerdilku terbayang apakah
ada namaku di sebaris doanya? astaghfirulloh, mungkin ini yang disebut istri
yang memang tidak baik . selalu su’udzan pada suaminya. Ahh. . . entahlah, aku
tak bermaksud itu !
“ sudah kamu priksa hamilmu itu dik ?” , lagi-lagi aku tersenyum tapi bukan terpaksa. Dengan logat sundanya yang khas membuatku geli dengan panggilan ‘dik’ yang mungkin panggilan itu hanya terbiasa di jawa tanahku. “ Alhamdulillah, kemarin waktu a’ nyuruh fatima untuk control ke dokter, fatima langsung pergi ke dokter Ayu !”. dia mengangguk-angguk mendengar jawabanku . “kata dokter ayu, berhubung umur kehamilan sudah enginjak 9 bulan harus tiga hari sekali fatima kontrol di puskesmas sebelah ”. “ ya kalau memang itu kata dokter mah nggak papa , asal semuanya sehat ?!”. balasnya setelah minum teh manis yang tadi aku buatkan. “ trimakasih a’, doa a’ itu lah yang fatima butuhkan !”, kataku sambil merapikan meja makan.
“ kamu pengennya lahir dimana, di sini atau di jawa ?”,
“ sudah kamu priksa hamilmu itu dik ?” , lagi-lagi aku tersenyum tapi bukan terpaksa. Dengan logat sundanya yang khas membuatku geli dengan panggilan ‘dik’ yang mungkin panggilan itu hanya terbiasa di jawa tanahku. “ Alhamdulillah, kemarin waktu a’ nyuruh fatima untuk control ke dokter, fatima langsung pergi ke dokter Ayu !”. dia mengangguk-angguk mendengar jawabanku . “kata dokter ayu, berhubung umur kehamilan sudah enginjak 9 bulan harus tiga hari sekali fatima kontrol di puskesmas sebelah ”. “ ya kalau memang itu kata dokter mah nggak papa , asal semuanya sehat ?!”. balasnya setelah minum teh manis yang tadi aku buatkan. “ trimakasih a’, doa a’ itu lah yang fatima butuhkan !”, kataku sambil merapikan meja makan.
“ kamu pengennya lahir dimana, di sini atau di jawa ?”,
Subhanalloh aku
memendamnya berbulan-bulan untuk menanyakan hal itu , tidak seburuk yang aku
kira .
“ bagaimana kalai di jawa
saja a’ ?, di
sana ada mbak ira yang siap membantu fatima setelah lahiran nanti. Ada juga
ibuk yang lebih berpengalaman tentang babaran”.
balasku pelan , “ memang seribet apa proses kelahiran?, apa teh rahma nggak sanggup kalau sekedar membantu
kamu memandikan bayi?”, terangnya seolah mungkin dia kurang setuju dengan
alasan ku. “apa nanti aku panggilkan
bidan untuk selalu datang tiap pagi sore mandikan si bayi ?”. tambahnya lagi
sembari aku tersenyum, “ ya sudah fatima tidak keberatan kok kalau a’ fahmi pinginnya
kelahiran Banten , toh sebenernya sana-sini juga sama.”
Lagi-lagi dia hanya menganggukkan kepala, uuhh ! aku pun harus
mencoba menenangkan hatiku sendiri, mungkin selama ini aku kurang memahami
karakter dia yang super cuek atau bahkan dingin sekalipun. Tapi dia cukup
membuatku tertegun untuk meluangkan sedikit waktunya sekedar membahas kelahiran
bayiku. Yah, itu poin penting pagi ini.
“emm, a’ mau mandi dulu? Air hangatnya sudah siap !”
tawarku halus, “ siapkan saja di kamar mandi ! aku langsung saja ke pesantren. Nggak
enak kalau di tunggu .” , akupun hanya membalas dengan senyum, gimana
jadinya air hangat orang di tinggal juga , hehe lucu ! . batinku dengan
kerutan kening .
Di sisi lain aku memang
merasa orang paling beruntung, mendapat suami yang memang taat dengan agama
meskipun mungkin saat ini dia masih belajar mencintaiku. Karna memang pada
awalnya pernikahan ini adalah hasil perjodohan ayahku dengan KH.Umar. Seandainya
dia bukan seorang muslim yang baik, mungkin nasibku sudah seperti yang dewasa
terjadi di negri ini, di tinggal selingkuh atau cerai sekalian . Allohumma
inny a’udzubika min syarri ma kholaq (ya Alloh jagalah aku dari kejahatan
ciptaanMU) .
@ @
@
Malam ini tak seperti malam sebelumnya , ku miringkan kekanan dan
kekiri tapi tetap saja aku tak bias memejamkan mata. Akupun beranjak dari
ranjang dengan berusaha tidak mengganggu a’ fahmi yang masih nyenyak
disampingku,
Lalu aku menuju kamar mandi , yang yah . . . lumayan licin miris
untuk seorang ibu hamil sepertiku berjalan sembarangan diatasnya ,
Terlihat dari kaca jendela rumah, bintang-bintang begitu indah bertabur di atas
sana, subhanaAlloh ! mungkin mereka sengaja mengharapkan aku tak dapat
terpejam hanya untuk melihat sinar indah mereka di atas sana , sangat indah !
.tiba-tiba rasa ingin menyusun kalimat
yang memiliki arti penting terbesit dalam benakku , fatima adalah namaku , az-zahra adalah bunga !
ku pikir nama itu indah jika dia kelak perempuan . Fatima Azzahra (bunganya
Fatima), berharap kelak dia adalah buah hati seorang aku yang dengan segala
kesederhanaanku mencoba menjadi sebuah bunga yang indah dan menyejukkann hati ,
jika kelak dia laki-laki memang sudah disiapkan ayahnya sebelumnya , Ahmad sama
dengan Muhammad yang seperti hal wajib disertakan nama itu disetiap nama, karna memang Muhammad
adalah sosok Rosul dengan segala yang ada dalam diri beliau mengharap
barokahnya, sedangkan Baihaqy, memang garis turun dari keluarga Muhammad Fahmi Baihaqy ayahnya,
Dengan disaksikan bintang yang masyaALLOH indahnya , aku menulis
kedua nama itu dikertas dan aku letakkan di
atas meja,
Malam ini aku benar-benar merasakan kebersamaan sang bayi , higga
sempat terfikir olehku beberapa menit kemudian dia akan tersenyum dihadapanku
,!
@ @ @ @
Jam
dua ??? kenapa masih saja aku tak bias tidur , “kenapa ?” ahh. . sakiiit !!!!! sakiiiiiitttt,
. . .
Tanganku meraih tangan a’ fahmi, entah hal bodoh
apa yang aku lakukan karna seakan ingin membangunkannya , “ ada apa neng?” ,aku
tak kuasa menjawabnya tanganku hanya memegang erat isyarat perutku sakit !
Saaakiit ,takut , semua aku rasakan mataku tiba-tiba gelap tapi
sakit yang kian sakit ini tak berhenti kurasakan. . . . . . . . . . .
@ @ @ @
“kamu sudah sadar ?” kubuka mataku , dan kulihat sudah banyak orang
di depanku yang sebagian aku tak asing
dengan mereka . “teh . . . .” lirih perempuan berjilbab coklat mendekatiku
dengan bopongan bayi mungil , serentak hatiku merasakan kemenangan
“Alhamdulillah. . .” lirihku dan ku raih dedek bayi , dia tersenyum ! semua
orang yang ada kulihat sepertinya tak kalah bahagia denganku,
“namanya Fatima Azzhra , dia cantik bagaikan bunga seperti ibunya !” ,akupun terdiam mendengarnya , Siapa yang berkata demikian ? yang suaranya tidak beda dengan suara suamiku ,
“namanya Fatima Azzhra , dia cantik bagaikan bunga seperti ibunya !” ,akupun terdiam mendengarnya , Siapa yang berkata demikian ? yang suaranya tidak beda dengan suara suamiku ,
Itukah persembahan dari suamiku ?? seribu ketidakpercayaan yang aku rasa, ya
itu memang suara dari suamiku fahmi yang selama ini aku merasa cinta belum
hadir dalam hatinya , dia kecup keningku . Subhanalloh !! siapkan surga untuknya
Ya Alloh, terasa ada yang menetes diatas pipiku.
“ kata dokter ayu setelah kamu sadar nanti , jangan dulu
banyak bergerak karna kondisi kamu belum begitu baik ! teh ira siap kok
disamping eneng ! iyakan teh??” kata umi ibu mertuaku melirik teh ira, “iya umi
,!” balasku singkat dengan senyum kecilku mewakili sejuta rasa dalam hati ,
“dik , a’ pergi dulu nganter buya sama umi ke rumah biar teh ira
yang jagain sebentar disini . nanti a’ balik lagi !! .” aku menganggukkan
kepala, tidak mungkin aku setega menyuruh mertuaku yang terbilang sudah sepuh
untuk menungguiku di rumah sakit. Mereka pun beranjak keluar ,
Angin siang
melambai korden dalam ruangku, di ruang ini kini hanya ada aku , dedek bayi dan
teh ira yang sedang mengaduk susu di sebelahku , “ kunaon atuh neng ??” , “teu
aya teh!!”
“atuh itu kunaon kok keliat sedih gitu , teu seneng si ragil lahir
??” , “masya Alloh bukan teh , bodoh nian kalo saya sedih si ragil lahir !”.
Teh ira hanya membalasku dengan tersenyum, sesekali ku pandangi
malaikat kecil yang kini tengah ku gendong, subhanaAlloh imuutt sekali !, matanya belo, hidung mancung seperti ayahnya,
ingin rasanya aku masuk dalam lelapnya untuk sekedar menyapanya ‘nak, ini
mama ! semoga kamu menjadi anak yang sholihah, cepatlah kamu besar sayang
doakan mama doakan ayah’, . “ nah , gitu dong neng ! masa dari tadi tete
liat kok keliatan sedih . gini kan si dedek pasti juga nggak mau kalah manis
buat tersenyum sama mamanya,”. Ujar teh ira . lagi- lagi aku hanya tersenyum.
Keringat dingin terasa mulai mengalir , perasaan tak karuanpun mulai
menyusup dalam hatiku .
“assalamualaikum semua !”, “waalaikumsalam”, dokter ayu ??!! aku
mulai mengusap wajahku ,
Aku mencoba mengkontrol hatiku, ya ALLOH hamba ikhlas !
“aya naon ? meuni serius
pisan !”, teh ira terlihat mulai penasaran . dan akupun mencoba bersikap lebih
normal, aku tau ini bukan hal kecil untuk aku rahasiakan sebelumnya dari siapapun sekalipun a’fahmi , tapi
entahlah !
“dek Fatima, !” , “iya dok ,
!!” jawabku lirih, aku mengerti dokter ayu pasti akan menyerahkan print out
dari seminggu lalu waktu aku control padanya, dengan senyum kecilku aku mencoba
member tahu dokter ayu bahwa aku baik-baik saja , “ baik dok, silahkan !”
ujarku meyakinkan dokter,
Mungkin memang sudah saatnya mereka tau, aku bukan tidak mau menjaga
kondisiku sebelumnya , juga bukan tak mau menjadi ibu yg baik atau bahkan tidak
melaksanakan kewajiban sebagai istri yang sempurna, tapi mungkin inilah
kehendakNYA, .
Lalu kulihat dokter ayu dengan ramah memberikan amplom coklat yang
kira-kira berukuran 10R pas foto. Ku peluk erat
malaikat kecil yang baru tadi
subuh menyapa dunia , menangiiiiss !
Aku tak bisa menyembunyikan tangisku , inilah takdir ! itulah kalimat bodoh
yang saat ini hanya bisa ku ucapkan , “ naon eta ??” ujar teh ira dengan segera
dia membuka amplop itu.
“Masya Alloh. . .
dokter ini maksudnya teh apa ???”, disana di depan pintu teh ira
menangis sejadi-jadinya , aku melihat segala kepiluan yang ada dalam dirinya
lalu dia menghampiriku dia peluk aku dengan sangat erat , “ teh , maafin fatima
ya ! fatima tidak bermaksud untuk merahasiakan ini, tapi nggak tau , fatima
cuman pengen dede bayi lahir dulu”, “iya fatima, tapi paling nggak kamu ngasih
tau teh ira lah sebelumnya , sejak kapan ?”, “ sudah dari fatima hamil 7 bulan
, tapi baru kelihatan pas fatima periksa
ke dokter ayu 9 bulan,” . dengan tangannya teh ira menundukkan kepala ,
Ini memang kesalahan terbesarku , Anemia ternyata bukanlah hal kecil yang dulu sedikit
aku abaikan. Tepatnya anemia aplastict , sejenis anemia yang harus membutuhkan
donor darah merah dari sel punca. Tapi ternyata dia tidak bisa di anggap remeh
, apalagi dengan kondisiku kemarin sebagai ibu hamil dan sekarang aku hanya
ingin bertrimakasih dengan keadaan ,
setelah si kecil lahir maka aku akan serahkan semua pada sang penentu .
“dok , kira-kira fatima masi bisa di sembuhkan ?”
tanya teh ira , “semua penyakit pasti ada obatnya bu ira , cuman kronologi neng
fatima berbeda . sebenarnya dia tidak mengidap sebuah virus apa –apa hanya
kondisinya yang benar-benar sangat lemah , hingga anemia applastict. Tensi neng
fatima tidak hanya rendah tapi bahkan dia kekurangan sel darah merah dan itu
sangat berbahaya pada ibu dan bayi dalam kandungan , waktu saya USG
alhamdulillah bayi yang ada dalam perut neng fatima masi dalam kondisi baik ,
dan ini foto bagian perut neng fatima yang geser lebih condong jatuh di bagian
bawah .” , “ apa tidak ada solusi dok ?” dengan sesekali dokter ayu memegang
tanganku dia bertutur lembut seakan ingin menenangkan hatiku . “ ada bu ira ,
biasanya jika terjadi kasus seperti ini rahim akan kami angkat atau melakukan
transplantasi sel punca dari organ lain. Tapi dari pihak rumah sakit tidak
berani memutuskan ini untuk neng fatima !” , “ kenapa bisa seperti itu dok ?” ,
“ karna kondisi neng fatima benar-benar sangat tidak imbang jika akan di
lakukan pengangkatan rahim ataupun dilakukan transplantasi pun akan menimbulkan
infeksi baru dalam sel darah , karena memang sudah terlambat untuk melakukan
transplantasi tersebut. Dia bisa bertahan sampai melahirkan hingga bayi lahir
dengan selamat itu sudah merupakan keajaiban . kita berdoa saja kepada Alloh ,
jika dalam 3 hari ini neng fatima membaik kami akan menindak lanjutkan tapi . . . !” , “tapi apa ??” ujar teh ira dengan sedikit bernada tinggi ,
“ sudahlah teh , fatima nggak papa. Sudah ya !”, terangku dihadapan mereka
berdua ,
Teh ira pun sedikit lebih tenang dari 5 menit lalu
, dan dokter ayu mencoba memedamkan keadaan .
@ @ @
@
Kedipan si kecil zahra kian lentik,
‘sayang,
kita akan bersama lagi di surga nanti ! jangan bersedih ya, masih ada papa dan
Alloh yang nantinya akan membimbingmu menjadi seorang fatima yang lebih
sempurna dari mama !’. aku tidak bisa menyembunyikan hal ini dalam diriku
sendiri , derai air mata kian deras .
“assalamu’alaikum”, ketukan dari luar sosok gagah
masuk menghampiriku , aku segera menghilangkan sembab air mataku tadi . “
waalaikumsalam , a’ sudah selesai mengajar ? kok ashar-ashar begini sudah
kesini !” , “tadi , buya Umar yang ngutus a’ buat kesini ngajarnya libur sehari
dua hari nggak masalah kan?”, jawabnya dengan senyum indah yang mungkin
akhir-akhir ini baru ku rasakan , di raihnya dedek bayi dari pangkuanku . “
haii cantik , wah lebih cantik dari ibunya !”. canda a’fahmi dengan seribu
kebahagiaan yang mungkin menyelubungi hatinya ,
Apakah aku sudah sedikit berhasil menjadi seorang
istri ? , aku tersenyum kecil melihat mereka saling menyapa dalam senyap indah,
, ,
Ini detik terakhirku bersama mereka, aku
memberikan amplop pink yang di dalamnya aku selipkan selembar kertas yang ku
buat hari lalu saat ku merasa kian jauh dari a’ fahmi.
“apa ini sayang ?” , tanya a’ fahmi halus , akupun
hanya menjawab dengan anggukan kepala dan senyum manisku , lalu ku sandarkan
kepalaku di bahunya ku pegang erat telapak tangannya. Di belainya rambut
panjangku dan ku lihat dia mulai membaca baris demi baris dalam kertas itu ,
Teruntuk suamiku tercinta, A’FAHMISayang, , ,Ketika a’ membaca ini mungkin aku telah merasakan hal yang paling bahagia dalam hidupku, yaitu melihat senyum indahmu bersama malaikat kecil yang dari dulu aku nanti ,Maaf , jika aku belum bisa menjadi istri yang sempurna untuk a’, tapi percayalah setelah sahnya a’ membimbingku seluruh nafasku hanya ku niatkan mengabdi padamu a’fahmi ,dia lahir untuk menggantikan aku , menjadi sosok yang akan selalu mengabdi sepenuhnya untuk ayah tercintanya.A’ . . .Baik buruknya aku dalam melayanimu , halalkan yah sayang . . .! dann jika kelak ada hareem yang a’ anggap dia pantas menggantikan aku sebagai istri , maka pinanglah dia , ! aku akan selalu berdoa buat kebahagiaan a’fahmi , di bangun dan tidurku .Selamat berjumpa kembali a’ ! aku menunggumu di firdausNYA,Jaga dia sebagai wujud cinta kita padaNYA |
Kalimat singkat dari a’ fahmi yang sedikit bisa ku
dengar , entahlah . . tiba-tiba aku ingin memjamkan mata dan merlabuh di
pelukan surga dari suamiku ,
Semua yang terlihat kini menjadi rabuun , hilang
dan semakin hilang . ..
“La ilaha illaalloh , asyhadu anla ilaha
illaalloh wa asyhadu anna muhammadurrosulaalloh”
“Alloh . . . .
Alloh .. .. . .
Alloh
.. . . . .”
Dan semakin semuu , hilang , putiih !.
the
end J
minifiksi di atas sy kemas untuk sekedar menghibur
para pembaca , dan dapat memetik hikmah dari setiap baris sederhananya ,
teruntuk,
para kaum adam , “ mengertilah . . kami tercipta tak lain hanya untuk melengkapi
tulang rusukmu , maka sekali-kali jangan kau palingkan mukamu jika kami telah
diperintahkan Alloh untuk sekedar mengecup tanganmu . karna kami lemah , kami
hanya serpihan tulang rusukmu yang berusaha menajaga serpihan itu agar tetap
utuh suci ketika Alloh mengembalikannya
padamu .
mengertilah . . . . tetes doa kami dihadapanNYA
tak lain sebagai ikrar kami betapa kami mencintaimu , trimakasih kami atas
kemurahanmu untuk sekedar mengucap janji suci menjaga kami .
BARAKAALLAHULANA !” .
Trimakasiiih J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar